Kamis, Maret 10, 2011

Bagaimana Anda Memperlakukan Al-Qur'an?

Al-Qur'an memperkenalkan dirinya sebagai "Kitab yang tiada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa" (Q.S.Al-Baqarah [2]:2). Artinya, kitab suci Al-Qur'an merupakan petunjuk dan pegangan hidup kita. Persoalannya sekarang, bagaimana sebenarnya kita memperlakukan Al-Qur'an dalam hidup kita?

Tentang Putih, Tidakkah kau Lupa

Sudut itu berupa putih dikelilingi cermin yang tersengat mentari, seperti lintasan purnama. Saat itu yang kutanyakan bukan tentang hitam, tapi luka yang tak terbaca oleh sunggingan senyum paksa bersama hujan. Kau tahu di mana Syurga?, kau ingat saat itu kita bersama-sama menerjemahkannya menurut pemahaman kita masing-masing, di tengah debur ombak yang membelai jilbab pich dan violet yang kita kenakan.



Boleh kutanya tentang tulisan kaca yang kau buat? Saat putih memadu di kelopak kuntum tulip yang tersusun rapi di meja marmer. Kini, saat kau ketuk kembali iramanya membuncah seperti pecahan gelas yang kembali terlempar. Kau seperti menghilang. Aku lupa, untuk siapa senyum ini. Lorong moksa ada di hadapan kita, kawan. Gumpalan mungkin sopan mengaduh, mencinta damai.

*Putih mulai mengebiri hitam. Ya, warna yang paling aku cinta. Warna yang tak pernah sanggup investasi apapun. Tak ada yang meracuni warna hitam. Jika pun ada, justru lebur bersamanya. Namun, ketika putih hadir, keduanya tegas memberi tahu identitasnya masing-masing.

Putih dan tulip telah menerjemah persahabatan kita. Semoga maknanya takkan luntur.

Bukan Tentang Mendung

Sebenarnya ini bukan tentang mendung, hanya menerjemahkan rasa yang tidak terungkap oleh lidah. Ini juga bukan tentang kematian, karena saya sangat tahu bahwa setiap yang hidup pasti akan mati, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam kitab-Nya yang suci "tiap-tiap jiwa (yang bernyawa) akan merasakan kematian" (Q.S. Ali Imran [3]:185).

Minggu, Februari 27, 2011

Nagmii....

Bintangku...
Ku mohon jangan kau berdiri di tempat yang tak bisa kulihat!
Kau tahu, di sini ada banyak tanya. Ya di sini, di ruang hatiku. Tentang sinarmu.
Aku tak peduli pada ruangmu karena ku yakin seiring berjalannya waktu, kau akan menemuiku dengan izin-Nya. Karena kau ada di sini, di garis takdirku.
Aku bulan yang merindu cahayamu, berharap sinarmu menemani di setiap jengkal sunyi.


Teruntuk bintangku...

Sabtu, Januari 01, 2011

Tangisnya Membuatku Iba

Pagi itu seperti biasa saya membuka jendela pagi, menyapa gagah dan dermawannya sang matahari yang tiada hentinya menerangi hari, rintik hujan tak menghalangi sinarnya, membuat pagi semakin sejuk. 

Hari itu berjalan seperti biasa. Saya kembali melangkahkan kaki menuju sebuah tempat yang mempertemukan saya dengan wajah-wajah lugu yang menanti siraman cahaya, cahaya untuk membuka jendela dunia. Disana terlihat ada semangat, cita-cita dan harapan. Begitu indah dan menyentuh. Namun diantara wajah-wajah itu ada satu wajah yang menutupi ketiga hal indah itu dengan kegalauan dan penat. saya mencoba untuk mengungkap apa yang disembunyikannya, saya belai kerudung kecilnya, dia menatap saya dengan tatapan penuh iba membuat saya ingin segera meraih jemari mungilnya. berharap dapat sedikit mengurangi luka yang ia simpan. "Ibu guru, besok aku tidak bisa lagi melihat ibu" ucapnya dengan linangan air mata. 

Pilihan

Pilihan. Ya, ia laksana air yang terus mengalir menyusuri hamparan bumi. Laksana agkasa yang dengan birunya menaungi semesta. Ia selalu hadir dalam setiap desah nafas manusia. Karena ia adalah bagian dari kehidupan. Ia adalah bunga dari perjalanan hidup. Sebuah pilihan adalah hakikat kehidupan. Tak banyak yang paham akan makna pilihan; sebanyak yang tahu. Tapi, sebuah pilihan selalu hadir, suka atau tidak, kita kehendaki atau tidak. Dia terus menemani kita dalam mencari arti kehidupan dan makna kematian. Ia ibarat siang dan malam yang terus berganti hingga Sang Penguasa jagat raya ini menghendaki hilangnya proses ini dari peradaban dunia yang fana ini.
 
Hidup adalah pilihan. Berjalan adalah pilihan. Diampun adalah pilihan. Tak terelakan lagi. Kita hidup diantara pilihan. Kita bekerja adalah pilihan. Berlaku jujur adalah pilihan, Kita belajarpun adalah sebuah pilihan. Ya, kita selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Sampai pada saat kita ingin menyempurnakan Din pun, hati kita, pikiran kita akan dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan hidup.