Sabtu, Januari 01, 2011

Pilihan

Pilihan. Ya, ia laksana air yang terus mengalir menyusuri hamparan bumi. Laksana agkasa yang dengan birunya menaungi semesta. Ia selalu hadir dalam setiap desah nafas manusia. Karena ia adalah bagian dari kehidupan. Ia adalah bunga dari perjalanan hidup. Sebuah pilihan adalah hakikat kehidupan. Tak banyak yang paham akan makna pilihan; sebanyak yang tahu. Tapi, sebuah pilihan selalu hadir, suka atau tidak, kita kehendaki atau tidak. Dia terus menemani kita dalam mencari arti kehidupan dan makna kematian. Ia ibarat siang dan malam yang terus berganti hingga Sang Penguasa jagat raya ini menghendaki hilangnya proses ini dari peradaban dunia yang fana ini.
 
Hidup adalah pilihan. Berjalan adalah pilihan. Diampun adalah pilihan. Tak terelakan lagi. Kita hidup diantara pilihan. Kita bekerja adalah pilihan. Berlaku jujur adalah pilihan, Kita belajarpun adalah sebuah pilihan. Ya, kita selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Sampai pada saat kita ingin menyempurnakan Din pun, hati kita, pikiran kita akan dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan hidup.



Ketika pilihan-pilihan itu datang, kita harus siap menerima resiko apapun untuk setiap pilihan yang kita pilih, sampai pada akibat terpahit sekalipun. Seperti yang saya katakan di atas, berlaku jujur adalah sebuah pilihan. "Kejujuran", alangkah indahnya kata ini! 


Mencari orang yang jujur saat ini hampir sama mustahilnya dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Jujur bukanlah semata-mata tidak berkata dusta. Ketika Nabi bersabda, "katakanlah kebenaran itu walupun pahit", sebenarnya Nabi memerintahkan kita untuk berlaku jujur dengan lidah kita. Ketika Nabi bersabda, "andaikata Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya," sesungguhnya Nabi mengajarkan kita untuk bertindak jujur dalam penegakkan hukum meskipun terhadap keluarga sendiri. Ketika Al-Qur'an merekam kalimat suci, "sampaikanlah amanat kepada yang berhak," sesungguhnya Allah menyuruh kita bersikap jujur ketika memegang amanah, baik selaku dosen, pejabat, ataupun pengusaha. Sewaktu Allah menghancurkan harta si Qarun karena Karun bersikukuh bahwa harta itu diraihnya karena kerja kerasnya semata, bukan karena anugerah Allah, sebenarnya Allah sedang memberi peringatan kepada kita bahwa itulah azab Allah terhadap mereka yang tidak berlaku jujur akan rahmat Allah.

Apakah nasib kita akan seperti Qarun, kitalah yang menentukannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda mengisi comment di sini...