Rasulullah Saw. Bersabda: “Ada dua nikmat yang didalam keduanya kebanyakan manusia berada dalam kerugian, yaitu kesehatan dan kesenggangan”.
Sesuai dengan judul yang tertera di atas mari kita garis bawahi kalimat kesenggangan dalam hadits tersebut. Benar, coba kita lihat, dari tengah-tengah masalah pengangguran akan lahir beribu-ribu orang yang bermental rendah, virus-virus kehancuran dan kebinasaan akan berkembang biak di dalamnya. Apalagi sekarang ini banyak orang yang mengalami kebimbangan dalam kehidupan ini tanpa ada harapan dan tanpa ada misi yang ingin diraih. Hal ini terjadi diakibatkan motivasi hidup yang menipis dan jarang melakukan kontemplasi. Kita bisa menyebutnya seperti orang yang sedang tertidur. Meraka tidak menyadari betapa kebahagiaan itu tidak akan datang selain dari diri kita sendiri. Namun untuk meraihnya, kita harus memiliki usaha yang terangkum dalam kualitas hidup diri kita sendiri, yaitu keberanian, giat dan rajin, kejujuran, tidak egois, suka bekerjasama dan memiliki hati nurani yang hidup. kesemuanya membutuhkan peran aktif jasmani dan rohani kita. Dan kita perlu mengingat hal terpenting yang perlu kita lakukan adalah menjadi SADAR.
Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Bermalasan bukanlah hal yang menguntungkan untuk meraih kebahagiaan tersebut. Kesadaran akan berharganya waktu senggang merupakan salah satu modal utama. Banyak orang yang tidak menyadari hal tersebut sampai musibah atau peristiwa-peristiwa pahit menimpanya. Kita tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Kita tidak melakukannya. kita baru sadar pentingnya kesehatan kalau kita sakit. Kita baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol kita mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Seorang pelajar baru menyadari betapa pentingnya berusaha dalam ujian, setelah hasil ujiannya jelek. Kita melupakan kewajiban kita sebagai hamba Allah Swt. selama kita hidup dan kita baru akan menyadarinya setelah kematian menjemput kita.
Pelajaran tersebut nampaknya begitu mahal, kita bisa saja menyadarkan diri kita dengan mendengarkan dan mengambil pelajaran dari pengalaman yang pernah dialami oleh orang lain. Bagaimana menurut pendapat anda, bila yang hilang itu adalah umur tanpa manfaat, sedang anda sendiri tidak menyadarinya? Apakah untuk itu manusia diciptakan?. Kita sebaiknya berkaca pada firman Allah Swt.: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? Maka maha tinggi Allah, raja yang sebenarnya (al-Mu’minûn [23]:115-116).
Dari ayat tersebut nampaknya kita harus cepat menyadari tiga hal berikut, siapa diri kita, dari mana kita berasal dan kepada siapa kita akan kembali. Bagi kita seorang muslim sudah sepatutnya mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan di atas lalu kemudiaan merealisasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah Swt. sehingga tidak ada alasan untuk hidup sambil tertidur. Terutama bagi seorang wanita yang merupakan bagian dari komunitas dunia. Seorang wanita seharusnya menyadari betul peran yang dimainkannya dalam kehidupan ini. Peran seorang wanita menurut tingkatan umurnya dibagi menjadi tiga fase, yakni, fase sebagai seorang anak, istri dan ibu. Ketiganya membutuhkan perhatian besar melihat pengaruh yang dimiliki oleh seorang wanita. Ketiga fase tersebut nampaknya mempunyai kaitan yang kuat satu sama lain. Misalnya pada fase pertama, disanalah pembentukan karakter dimulai, apapun karakter yang terbentuk dalam fase tersebut akan berpengaruh pada fase berikutnya terutama bagi fase ketiga yakni fase seorang ibu. Dengan demikian secara tidak langsung seorang ibu mempunyai efek yang sangat besar terhadap pembentukan jati diri seorang anak. Demikian menurut konteks peranan wanita dalam kehidupan. Belum lagi melihat kewajibannya sebagai hamba Allah Swt. Dari sini kita bisa melihat berapa besar peranan kita sebagai seorang wanita muslimah.
Untuk melaksanakan segala hal yang menjadi tanggung jawab kita sebagai seorang muslimah kita mesti bersikap optimis dan mempunyai motivasi yang kuat serta mendekatkan diri kepada Allah Swt. kapanpun dan dimanapun kita berada. Ada sebuah ungkapan menarik dari penulis buku As’adu-Imroatin fil ‘Alam, Dr. ‘Âidh Abdullah al-Qarni, MA., “Wahai orang yang sengsara, kau telah mati sebelum datang kematian. Bila engkau menginginkan kehidupan, maka berharaplah kepada-Nya”. Yang berarti, Bila kita mengenali Allah diwaktu lapang kita, maka Allah akan mengenali kita di waktu kita sempit. Kemudian beliau memberikan contoh berdasarkan kisah Nabi Yunus a.s. beliau berdoa dalam firman Allah Swt. Ketika beliau terhimpit dalam perut ikan paus“ maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim” (al-anbiyâ’ [21]:87). Seketika itu pula Allah menjawab doa beliau dengan firman-Nya “maka kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman” (al-anbiyâ’ [21]:88). Sudah saatnya kita menyadarkan diri kita dari tidur panjang kita selama ini, tinggalakan kelalaian masa lalu kita, namun bukan berarti kita meninggalkan pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda mengisi comment di sini...